Senin, 19 Januari 2015

FREE eBOOKs

Free Ebooks

Title of the Book


Steel Design 5th Ed By William Segui libre.pdf



Aspal 

Title of the Book

Structural Dynamics
Theory and Computation

Fifth Edition
Updated with SAP2000

Authors of the Book

Mario Paz
Speed Scientific School
University of Louisville
Louisille, KY
William Leigh
University of Central Florida
Orlando, FL.

Contents of the Book

Part 1 Structures Modeled as a Single-Degree-of-Freedom System
Part 2 Structures Modeled As Shear Buildings
Part III Framed Structures Modeled As Discrete Multi-Degree-of-Freedom Systems
Part IV Structures Modeled with distributed properties
Part V Special Topics: Fourier Analysis, Evaluation of Absolute Damping, Generalized coordinates
Part VI Random Vibration
Part VII EarthQuake Engineering

Download the Book

Minggu, 18 Januari 2015

Riwayat Perkembangan Beton


BAB II
BETON DAN PERKEMBANGANNYA


Citied
Mulyono, Tri., (2014), BAB II. Beton dan Perkembangannya, hal. 27-72, dalam Teknologi Beton: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: LPP-UNJ 

A. Riwayat Perkembangan Beton


Periode waktu selama beton pertama kali ditemukan, tergantung pada bagaimana orang menafsirkan istilah "beton." Bahan Kuno beton adalah semen mentah dibuat dengan menghancurkan dan membakar gipsum atau kapur. Kapur yang dihancurkan atau batu kapur dibakar. Ketika pasir dan air ditambahkan ke semen tersebut akan menjadi mortar, yang merupakan bahan plester-seperti digunakan untuk membentuk batu satu sama lain. Selama ribuan tahun, bahan tersebut diperbaiki, dikombinasikan dengan bahan lain dan, pada akhirnya, berubah menjadi beton modern. Beton saat ini dibuat dengan menggunakan semen Portland, agregat kasar dan halus dari batu dan pasir, dan air. Pencampuran bahan kimia yang ditambahkan ke campuran beton untuk mengontrol pengaturan sifat karekateristik beton dan digunakan terutama ketika menempatkan beton dengan lingkungan ekstrim, seperti suhu tinggi atau rendah, kondisi berangin, dan lain lain (Gromicko & Shepard, 2012).



Beton diciptakan pada sekitar 1300 SM ketika pembangunan di Timur Tengah, dan ahli menemukan bahwa ketika mereka melapisi bagian luar benteng dan dinding rumah yang ditumbuk dengan tanah liat tipis, lapisan basah batu kapur yang dibakar, akan bereaksi secara kimia dengan gas di udara untuk membentuk material keras pada permukaan pelindung. Ini tidak nyata, tapi itu adalah awal dari perkembangan semen. Material komposit awal cementicious biasanya termasuk mortar-hancur, batu kapur dibakar, pasir dan air, yang digunakan untuk bangunan dengan batu, sebagai bahan pengecoran materi dalam cetakan, yang pada dasarnya adalah bagaimana beton modern digunakan dengan cetakan untuk menjadi bentuk beton.




Sebagai salah satu unsur utama dari beton modern, semen telah ada sejak lama. Sekitar 12 juta tahun lalu di wilayah yang sekarang disebut Israel, deposit alam dibentuk oleh reaksi antara batu kapur dan serpihan minyak yang dihasilkan oleh pembakaran spontan. Namun, semen tidak konkret. Beton merupakan bahan bangunan komposit dan bahan-bahan dan semen adalah salah satunya yang telah berubah dari waktu ke waktu dan berubah bahkan sampai sekarang. Karakteristik kinerja dapat berubah sesuai dengan kekuatan yang berbeda bahwa beton akan perlu meningkat terus kekuatannya. Kekuatan ini dapat dilakukan secara bertahap atau intens, mungkin berasal dari atas (gravitasi), bawah (tanah naik-turun), sisi (beban lateral), atau mungkin mengambil bentuk erosi, abrasi atau serangan kimia. Bahan-bahan beton dan proporsinya disebut campuran desain. Sejarah perkembangan beton secara “timeline”. (lihat gambar 2.1).

Gambar 2.1: Timeline Beton
Sumber: (data olahan)

B. Penggunaan awal Beton pada Bangunan



Beton pertama adalah seperti struktur yang dibangun oleh pedagang Nabataea atau Badui yang yang menduduki dan menguasai oasis dan mengembangkan kerajaan kecil di wilayah selatan Suriah dan Yordania utara di sekitar 6500 SM. Mereka kemudian menemukan keuntungan dari penggunaan kapur hidrolik - yaitu, semen yang mengeras di bawah air - dan pada 700 SM, mereka membangun kiln untuk memasok mortar untuk pembangunan rumah atau dinding, lantai beton, dan waduk tahan air bawah tanah. Waduk dirahasiakan dan salah satu alasan Nabataea yang mampu tumbuh subur di padang pasir.

1. Nabataea

Nabataea adalah suatu daerah di jajirah Arab yang dalam pembuatan beton dilakukukan dan dipahami bahwa kebutuhan untuk menjaga campuran sampai kering atau slum serendah mungkin sudah ada seak dulu, karena kelebihan air menyebabkan void dan kelemahan kekuatan beton. Pada bangunan Nabataea kuno (gambar 2.2) pada pelaksanaan pembuatannya termasuk penempatan dan pemadatan beton baru, ditempatkan dengan alat khusus. Proses tamping (pemadatan) menghasilkan lebih gel, yang merupakan bahan pengikat yang dihasilkan oleh reaksi kimia yang terjadi selama hidrasi yang ikatan partikel dan agregat bersama.




Gambar 2.2: Sebuah Bangunan Kuno Nabataea
Sumber: (National Geographic (Photograph by Martin Gray), 2013)



Seseorang berdiri di ambang pintu Biara di Petra, Yordania, menunjukkan dahsyatnya pintu masuk bangunan kuno. Diukir di bukit pasir oleh Nabataeans di abad kedua Masehi, struktur menjulang, disebut El-Deir, mungkin telah digunakan sebagai gereja atau biara oleh masyarakat kemudian, tapi kemungkinan dimulai sebagai sebuah kuil (Milstein, 2014).



Seperti Romawi, pada 500 tahun kemudian, Nabataea memiliki bahan yang tersedia secara lokal yang dapat digunakan untuk membuat semen dan tahan air. Dalam wilayah mereka deposit permukaan utamanya adalah pasir silika halus. Tanah merembes melalui silika dapat mengubahnya menjadi bahan pozzolan, yang merupakan abu vulkanik berpasir. Untuk membuat semen, yang terletak di deposit Nabataea dan menggunakannnya serta dikombinasikan dengan kapur, kemudian dipanaskan dalam tanur untuk digunakan untuk membuat tembikar dengan suhu dalam kisaran yang sama. Sekitar 5600 SM di sepanjang Sungai Danube di daerah bekas negara Yugoslavia, rumah yang dibangun menggunakan jenis beton untuk lantai.

2. Mesir



Pada sekitar 3000 SM, orang Mesir kuno menggunakan lumpur dicampur dengan jerami untuk membentuk batu bata. Lumpur dengan jerami lebih mirip dengan adobe dari beton. Namun, mereka juga menggunakan mortar gipsum dan kapur dalam membangun piramida, meskipun sebagian besar dari kita berpikir mortar dan beton sebagai dua bahan yang berbeda. Piramida Besar di Giza (Vyse & Howard, 1784-1853) diperlukan sekitar 500.000 ton mortar (gambar 2.3), yang digunakan sebagai bahan tempat tidur untuk batu casing yang membentuk permukaan dari piramida. Hal ini memungkinkan tukang batu untuk mengukir dan mengatur casing batu sendi dengan membuka tidak lebih luas dari 1/50-inch.



Salah satu misteri Mesir Great Pyramid diteliti awal September 2002, ketika arkeolog menembus poros yang dibuat 4.500 tahun hanya untuk menemukan batu lain menghalangi jalan masuk selama berabad-abad yang dibuat dari kapur dengan angkur tembaga dan mungkin telah tertanam saat pembangun piramida yang digunakannya sebagai alat perekat (Gupton, 2003). Sekitar tahun 2550 SM, Pyramid terbesar dibangun di Giza dengan menara setinggi 481 kaki (147 meter) di atas dataran tinggi. Estimasi 2,3 juta blok batu masing-masing berat rata-rata 2,5 sampai 15 ton digunakan (Handwerk, 2014).




Gambar 2.3: Bangunan Piramid di Mesir
Sumber: (Wikipedia, 2014)

3. Cina


Tembok besar di China diukur sepanjang lebih dari 20.000 Km atau panjangnya 21,196 kilometer (13,173 miles), berdasarkan laporan Xinhua News Agency, merujuk the State Administration of Cultural Heritage (Bloomberg News, 2012).


Material yang digunakan untuk membuat tembok besar beda-beda sesuai periode dinasti. Sebelum batu bata ditemukan, tembok besar dibuat dari tanah, batu dan kayu. Pembangunannya selalu membutuhkan sumber daya yang banyak, para pekerja memanfaatkan bahan-bahan yang seadanya tergantung material setempat, dipegunungan menggunakan batu gunung, saat membangun di tanah datar, tembok dibuat dari tanah yang digemburkan dan jika melewati padang gurun, bahan yang digunakan adalah rerumputan campur pasir dan ranting-ranting pohon conifer. Tembok dari bahan ini rapuh, mudah ditembus dan cepat hancur. Pada masa Dinasti Qin dan Dinasti Han, material yang digunakan adalah tanah atau tanah campur kerikil dengan beberapa bagian tembok hanya terdiri dari gundukan batu-batu besar. Pada masa Dinasti Tang, batu bata sudah diproduksi digunakan terbatas pada gerbang kota dan tembok yang dekat. Baru pada zaman Dinasti Ming, diproduksi batu bata berkualitas dan lebih ringan, tahan beban dan lebih efektif dalam waktu yang cepat. Batu masih dipakai, terutama untuk fondasi, pinggiran luar dan dalam gerbang dikarenakan lebih kuat daripada batu bata. Cina utara menggunakan bentuk semen di perahu-bangunan dan dalam membangun Tembok Besar (gambar 2.4). Spektrometer pengujian telah mengkonfirmasi bahwa bahan utama dalam mortar yang digunakan dalam Great Wall dan struktur lain Cina kuno glutenous, ketan. Beberapa struktur ini telah bertahan dalam test waktu sampai sekarang serta beberapa bagian telah dirombak (TravelChinaGuide , 2014).




Gambar 2.4:Tembok Besar di China, kemiringan di Pegunungan Yan, Utara Propinsi Hebei, China.
Sumber: (Scholz, 2014)


4. Roma

Pada 600 SM, orang Yunani telah menemukan bahan pozzolan alami yang dikembangkan sifat hidrolik bila dicampur dengan kapur. Orang-orang Yunani adalah pekerja produktif dalam membangun dengan beton di Roma. Pada 200 SM, Roma sedang membangun dan sangat berhasil menggunakan beton, tapi itu tidak seperti beton yang digunakan saat ini. Itu bukan beton plasits yang dituangkan ke dalam bentuk yang mengalir, tetapi lebih seperti puing-puing yang disemen. Bangsa Romawi membangun sebagian besar struktur bangunan dengan menumpuk batu berbagai ukuran dan mengisi ruang antara batu dengan mortar. Di atas tanah, pada dinding dilapisi bagian dalam dan luar dengan batu bata tanah liat yang juga berfungsi sebagai pembentuk beton. Bata memiliki sedikit atau tidak ada nilai struktural dan penggunaannya terutama hanya kosmetik. Dahulu, dan di sebagian besar pada waktu itu (termasuk 95% dari Roma), mortar umum digunakan adalah semen kapur sederhana yang mengeras perlahan-lahan dari bereaksi dengan karbon dioksida di udara, hal ini merupakan hidrasi kimia.


Bangsa Romawi membangun struktur megah dan lebih berseni, serta infrastruktur yang terletak di atas tanah dan akan membutuhkan daya tahan yang lebih, mereka membuat semen yang reaktif dari pasir vulkanik alami disebut harena fossicia. Untuk struktur di laut dan yang berhubungan langsung dengan air tawar, seperti jembatan, dermaga, badai saluran air dan saluran air, mereka menggunakan pasir vulkanik yang disebut pozzuolana. Kedua bahan mungkin mewakili penggunaan pertama berskala besar dari bahan pengikat yang benar-benar cementicious. Pozzuolana dan harena fossicia bereaksi secara kimia dengan kapur dan air untuk melembabkan dan membentuk menjadi massa batuan-seperti yang dapat digunakan di bawah air. Bangsa Romawi juga menggunakan bahan-bahan untuk membangun struktur yang besar, seperti Roman Baths, Pantheon, dan Colosseum, dan struktur ini masih berdiri sampai saat ini. Sebagai admixtures, mereka menggunakan lemak hewani, susu dan darah - bahan yang mencerminkan metode yang sangat sederhana. Di sisi lain, selain menggunakan pozzolans alami, orang-orang Romawi belajar untuk memproduksi dua jenis pozzolans buatan - tanah liat dikalsinasi kaolinitik dan batu vulkanik dikalsinasi - yang, bersama dengan prestasi spektakuler bangunan bangsa Romawi, adalah bukti dari tingkat tinggi kecanggihan teknis untuk waktu itu (Encyclopædia Britannica’s, 2014; Herring, 2002; Hansen & Zenobia, 2011).



Salah satunya adalah The Pantheon (Encyclopædia Britannica’s, 2014; Rome On Segway, 2014; Moore D. , 2002). Dibangun oleh Kaisar Roma Hadrian dan selesai pada 125 Masehi, Pantheon memiliki kubah beton terbesar dengan diperkuat yang pernah dibangun. Kubahnya dengan diameter 142 meter dan memiliki lubang 27 kaki, yang disebut oculus, pada puncaknya, yaitu 142 meter di atas lantai. Itu dibangun di tempat, mungkin dengan memulai di atas dinding luar dan membangun lapisan semakin tipis saat mencapai pusat bangunan (Newby, 2001).


The Pantheon (gambar 2.5) memiliki eksterior dinding pondasi 26 meter dan lebar 15 meter dan terbuat dari semen pozzolana (kapur, pasir vulkanik reaktif dan air) yang dipadatkan di atas lapisan agregat batu padat. Kubah tersebut masih ada sampai saat ini walaupun terjadi perubahan pergerakan selama hampir 2.000 tahun, bersama dengan gempa bumi sesekali, telah menciptakan keretakan, biasanya akan melemah struktur. Dinding eksterior yang mendukung kubah berisi tujuh relung spasi merata dengan ruang antara dinding yang memanjang ke luar. Relung dan ruang ini awalnya dirancang hanya untuk meminimalkan berat struktur, lebih tipis dari bagian utama dari dinding dan bertindak sebagai kontrol sendi yang mengontrol lokasi retak. Tekanan disebabkan oleh pergerakan yang terjadi dengan retak di relung dan ruang ini berarti bahwa kubah pada dasarnya didukung oleh 16 pilar beton struktural. Cara lain untuk menghemat berat adalah penggunaan agregat ringan dalam struktur, penggunaannya seperti batu apung pada dinding tinggi dan kubah atau lancip dengan ketebalan yang tipis untuk mengurangi berat struktur itu sendiri.




Gambar 2.5:The Pantheon di Roma
Sumber: (Encyclopædia Britannica’s, 2014)



Selain the The Pantheon bangunan lainnya adalah Guilds Romawi (gambar 2.6). Rahasia lain untuk keberhasilan Romawi adalah penggunaan serikat dagang. Setiap perdagangan memiliki serikat yang anggotanya bertanggung jawab untuk atas pengetahuan tentang bahan, teknik dan alat untuk magang di Legions Romawi. Selain pertempuran, legiun dilatih untuk menjadi mandiri, sehingga mereka juga dilatih dalam metode konstruksi dan rekayasa (Stoeger, 2009).




Gambar 2.6: Bangunan Guilds Romawi
Sumber: (Hao, 2010)


C. Tonggak Teknologi



Selama Abad Pertengahan, teknologi beton tidak signifikan perkembangannya. Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi pada 476 Masehi, teknik untuk membuat semen pozzolan hilang sampai penemuan pada tahun 1414 yang ditunjukan pada sebuah naskah yang menggambarkan minat dalam membangun dengan beton. Baru sampai 1756-1759 bahwa teknologi mengambil lompatan besar ke depan ketika John Smeaton (Wilhelm Ernst & Sohn Verlag, 2014) menemukan metode yang lebih modern untuk memproduksi kapur hidrolik untuk semen. Dia menggunakan batu kapur yang mengandung tanah liat yang dibakar sampai menjadi klinker, yang kemudian digiling menjadi bubuk. Dia menggunakan bahan ini dalam pembangunan kembali bersejarah mercusuar Eddystone di Cornwall, Plymouth, Devon, South West England, Inggris (Wilhelm Ernst & Sohn Verlag, 2014) lihat gambar 2.7.


Pada, awal abad ke sembilan belas ternyata merupakan awal penggunaan bahan beton bertulang secara secara lebih intensif (Somerville, 2001). Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelembahan bahan beton terhadap tariknya (Hurst, 2001). Coignet, bersama dengan saudara-saudaranya Louis (1819) dan Stephane (1820), mengambil alih bisnis keluarga dari sebuah pabrik kimia di Lyon pada tahun 1846.



Pada tahun 1847 ia membangun beberapa rumah beton yang menggunakan semen yang tidak diperkuat dengan besi apapun. (Day & McNeil, 2003; Hurst, 2001). Coignet mulai bereksperimen dengan besi beton yang diperkuat pada tahun 1852 dan merupakan pembangun pertama yang menggunakan teknik ini sebagai bahan bangunan. (Sutherland, Intorduction, 2001) dan memperoleh paten untuk klinker semen. Coignet kemudian membangun pabrik semen di sana menggunakan dinding kapur mendapatkan sebuah paten di Inggris berjudul "Emploi de Beton" yang memberikan rincian teknik konstruksinya. (Collins 2004). Penggunaan pertama besi beton bertulang oleh François Coignet di Perancis pada 1850-an dengan membangun rumahnya sendiri, atap dan lantai diperkuat dengan besi kecil tempa termasuk balok beton, saat ini masih ada (Encyclopædia Britannica, Inc 2014). Pada tahun 1853 ia menggunakan besi pertama struktur beton bertulang untuk membangun sebuah rumah bertingkat empat di 72 rue Charles Michels. (Day & McNeil, 2003; Newby, 2001) lokasinya dekat pabrik semen keluarganya di St. Denis, sebuah tempat di pinggiran utara Paris. Gedung ini dirancang oleh arsitek lokal Theodore Lachez.






Gambar 2.7: Eddystone di Cornwall, Inggris
Sumber: (Wikipedia, 2014)



Pada tahun 1824, seorang Inggris bernama Joseph Aspdin menciptakan semen Portland dengan membakar tanah kapur dan tanah liat halus di kiln sampai karbon dioksida telah dihapus. Itu bernama "Portland" semen karena menyerupai batu bangunan berkualitas tinggi yang ditemukan di Portland, Inggris. Ini secara luas diyakini bahwa Aspdin adalah yang pertama untuk memanaskan bahan alumina dan silika sampai ke titik vitrifikasi, sehingga terjadi fusi. Selama vitrifikasi, bahan menjadi seperti gelas. Aspdin menyempurnakan metodenya dengan hati-hati melalui proporsi batu kapur dan tanah liat, penghancurannya, dan kemudian membakar campuran ke klinker, yang kemudian digiling menjadi semen jadi dia mendapatkan patent No. 5022 tahun 1824 (Moore, 2013).


Joseph Aspdin (1778 - 1855) adalah putra tertua dari Thomas Aspdin, seorang tukang batu Hunslet. Ia masuk dalam Bisnis ayahnya dan membangun bisnis di Leeds (gambar 2.8). Tempat mereka berada di dekat Pack Horse Yard antara Lands Lane dan Briggate. Pada 21 Oktober 1824 Aspdin membuat Paten di Inggris 5022 untuk An Peningkatan dalam Mode Memproduksi Batu Buatan, di mana ia pertama kali menggunakan istilah "Semen Portland". Spesifikasinya (bawah) diterbitkan pada tanggal 15 Desember 1824. Tahun berikutnya ia mendirikan pabrik produksi di Wakefield, dan perusahaannya terus melakukan bisnis dalam abad ke-20.




Gambar 2.8: Joseph Aspdin (1778-1855
Sumber: (Illingworth, 2012)




J.L. Lambot, 1850 (gambar 2.9) untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen atau saat ini dikenal sebagai ferrocement untuk dipamerkan pada Pameran Dunia Tahun 1855 di Paris (Hartley & Brookes Associates, 2014). J. Monier, seorang ahli taman dari Prancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi tariknya yang digunakan untuk tempat tanamannya, dan Koenen, 1886 menerbitkan tulisannya tentang teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner, 1906, mengembangkan plat slab tanpa balok (Kurrer, 2008; Roads and Maritime, 2005). Dengan kemajuan besar yang terjadi dalam bidang ini terbentuklah German Committee Reinforce Concrete, Australian Concrete Committee, American Concrete Institute, dan British Concrete Institute. Di Indonesia sendiri melalui Departmen Pekerjaan Umum selalui mengikuti perkembangan beton melalui Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan (LPMB). Melalui lembaga ini diterbitkan peraturan-peraturan standar beton yang biasanya mengadopsi dari peraturan internasional (code standard international) yang disesuaikan dengan kondisi bahan dan jenis bangunan di Indonesia.




Gambar 2.9: kapal kecil dari bahan semen dibuat J.L. Lambot,1850 untuk dipamerkan pada Pameran Dunia Tahun 1855 di Paris
Sumber: (Escales Maririmes, 2008)

Perkembangan yang cepat dalam bidang seni dan analisis perancangan dan konstruksi beton telah menyebabkan dibangunnya struktur-struktur beton yang sangat khas (Nawy, 1985) seperti Auditorium Kresge di Boston, Kemudian Marina Tower, Lake Point Tower di Chicago, dan lainnya seperti Keong Mas di Taman Mini Indonesia.
D. Milestones bangunan


Meskipun ada pengecualian, selama abad ke-19, beton digunakan terutama untuk bangunan industri. Namun masyarakat menganggap dan belum dapat menerima sebagai bahan bangunan untuk alasan estetika. Meluasnya penggunaan pertama semen Portland dalam pembangunan rumah mewah di Inggris dan Perancis antara tahun 1850 dan 1880 oleh Prancis Francois Coignet, yaitu beton bertulang pertama di bangun di paris, yang menambahkan batang baja untuk mencegah dinding eksterior dari penyebaran, dan kemudian digunakan sebagai elemen lentur sebagai beton bertulang (The Editors of The Encyclopædia Britannica, 2014). Rumah pertama yang dibangun menggunakan beton bertulang adalah sebuah Rumah yang dibangun di Inggris oleh William B. Wilkinson pada tahun 1854 (Claydon, 2011). Pada tahun 1875, insinyur mekanik Amerika William Ward menyelesaikan pertama rumah beton bertulang di AS masih berdiri di Port Chester, New York. Ward (National Trust, 2014) rajin memelihara catatan konstruksi, sehingga banyak yang diketahui tentang rumah ini yang diibangun dari beton karena istrinya takut api, dan agar lebih diterima secara sosial, bangunan dirancang menyerupai batu. Ini adalah awal dari apa yang kini menjadi industri konstruksi yang mempekerjakan lebih dari 2 juta orang di Amerika Serikat saja. Bangunan tersebut dikenal sebagai Ward’s Castle (gambar 2.10).




Gambar 2.10: Rumah yang dibangun oleh William Ward (Ward’s Castle in Rye Brook, NY )
Sumber: (BN Products, 2013)



Pada era 1840 – 1849, The Starrucca Viaduct (gambar 2.11), adalah dinding bata jembatan dari New York dan Erie Railroad, adalah salah satu struktur yang paling awal antara pesisir timur dan Midwest di USA (Navickas, 2010). Pembangunan dilaksanakan dalam waktu singkat dan yang pertama, sebagai beton struktural. The Starrucca Viaduct dari Perusahaan Kereta Api Erie yang melintasi Starrucca Creek di Lanesboro, Pennsylvania. Ini adalah salah satu bangunan yang tertua dan yang terpanjang sebagai jembatan kereta api di Pennsylvania. Bangunan in 18 slender, dengan arsitektur lengkungan batu berbentuk setengah lingkaran masing-masing rentang 50 meter dan struktur setinggi 110 meter di atas sungai.



Gambar 2.11: Starrucca Viaduct
Sumber: (ASCE, 2014)



Ketika dibangun, diyakini menjadi jembatan kereta api yang paling mahal di dunia pada saat itu. Biaya pembangunan $ 320.000 dengan lebih dari 800 pekerja, yang dibayar $ 1 per hari, untuk menyelesaikan seluruh jembatan selama setahun. Setengah juta kayu digunakan dalam perancah itu, digunakan sebagau kerangka kayu sementara untuk mendukung lengkungan batu cincin sampai keystones ditempatkan.


Pada tahun 1891, George Bartholomew menuangkan jalan beton pertama di Amerika Serikat (gambar 2.12), dan masih ada hingga sekarang (Kirby, Smith, & Wilkins, 2014). Beton yang digunakan untuk jalan ini diuji di sekitar 8.000 psi, yaitu sekitar dua kali kekuatan beton modern yang digunakan dalam konstruksi perumahan.




Gambar 2.12: Court Street di Bellefontaine, Ohio, Jalan Beton Tertua di Amerika
Sumber: (flickr, 2011)


Pada tahun 1897, Sears Roebuck (Encyclopædia Britannica, 2014) menjual 50 galon drum semen Portland impor seharga $3,40/galon. Meskipun pada 1898 produsen semen tahun 1900 -belum dipabrikasi- menggunakan lebih dari 90 formula yang berbeda, pengujian dasar menghasilkan produksi semen menjadi standar.


Selama akhir abad ke-19, penggunaan beton bertulang baja yang sedang dikembangkan lebih atau kurang secara bersamaan oleh Jerman, GA Wayss, seorang Prancis, Francois Hennebique, dan Amerika, Ernest L. Ransome. Ransome mulai membangun dengan beton bertulang baja pada tahun 1877 dan mematenkan sistem yang digunakan dengan memutar batang persegi untuk meningkatkan ikatan antara baja dan beton. Sebagian besar struktur yang dibangun adalah industri.


Hennebique mulai membangun rumah-rumah yang diperkuat baja di Perancis pada tahun 1870-an (gambar 2.13),. Dia menerima paten di Perancis dan Belgia untuk sistem dan sangat sukses, akhirnya membangun sebuah kerajaan dengan menjual waralaba di kota-kota besar. Dia mempromosikan metodenya melalui ceramah di konferensi dan mengembangkan standar perusahaan sendiri. Seperti yang dilakukan Ransome, sebagian besar struktur Hennebique yang dibangun adalah industri. Pada tahun 1879, Wayss membeli hak sebuah sistem yang dipatenkan oleh orang Prancis bernama Monier, yang mulai menggunakan baja untuk memperkuat pot bunga beton dan wadah tanam. Wayss mempromosikan sistem Wayss-Monier.




Gambar 2.13: Tipikal Bangunan Hennebique
Sumber: (Wilhelm Ernst & Sohn Verlag, 2014)



Pada tahun 1902, Agustus Perret merancang dan membangun sebuah gedung apartemen di Paris menggunakan beton bertulang baja untuk kolom, balok dan pelat lantai. Bangunan ini tidak memiliki dinding bantalan, tapi itu memiliki façade yang elegan, yang membantu membuat beton lebih dapat diterima secara sosial/masyarakat (gambar 2.14). Bangunan ini secara luas dikagumi dan penggunaan beton menjadi lebih banyak digunakan sebagai bahan arsitektur serta bahan bangunan. Desain ini sangat mempengaruhi dalam desain bangunan beton di tahun-tahun berikutnya.




Gambar 2.14: 25 Rue Franklin Apartments, by Auguste Perret, at Paris, France, 1902 to 1904.
Sumber: (Gwinner, 2013)



Pada tahun 1903 (gambar 2.15), pertama beton bangunan bertingkat tinggi dibangun di Cincinnati, Ohio yaitu sebuah bangunan yang berdiri 16 lantai atau 210 meter terletak di Central Business District Kota Cincinnati Negara Bagian Ohio, USA (Newby, 2001)




Gambar 2.15: The Ingalls Building di Cincinnati, Ohio
Sumber: (ASCE, 2014; Hein, 2014)



The Cheesman Dam (gambar 2.16) adalah bendungan besar pertama di Amerika Serikat yang menggabungkan lengkungan gravitasi, dibangun tahun 1905 dan setelah selesai bangunan ini adalah yang tertinggi lengkungan gravitasi menggunakan pasangan batu untuk bendungan di dunia. Struktur bendungan merupakan struktur penting dalam pasokan air untuk Denver. Tiga tahun masa pelaksanaan konstruksi, banjir menyapu struktur batu pengisi yang sebagian telah selesai. Bendungan yang solid selesai hanya dalam waktu lima tahun - suatu prestasi besar untuk proyek terpencil dan kompleks. Ketika sudah selesai, bendungan lebih tinggi dari gedung tertinggi di Denver- Colorado.



Gambar 2.16: Bendungan Cheesman, Denver - Colorado
Sumber: (ASCE, 2014)




Era 1900-1909 bangunan bendung Buffalo Bill (gambar 2.17) dibangun pada tahun 1905 dan selesai 1910 terletak di Park County negara bagian WY-USA. Ketika selesai, Buffalo Bill Dam adalah yang tertinggi di dunia, dan satu-satunya dengan tinggi / lebar rasio lebih besar dari satu.


The Buffalo Bill Dam, yang dikenal sebagai Shoshone Dam sampai 1946, adalah bendungan yang pertama menggunakan beton massa di Amerika, merupakan bendungan tertinggi di dunia pada saat penyelesaian, dengan tinggi hampir 325 meter.Bangunan ini merupakan satu lengkungan bendungan pertama di Amerika Serikat yang akan dirancang menggunakan metode analisis matematis. Insinyur Edgar Wheeler sebagai konsultan dianggap mengubah ketinggian permukaan air, variasi masalah suhu dan defleksi, hal ini memungkinkan dia untuk menentukan distribusi beban secara horisontal dan vertikal. Ini adalah pendahulu dari metode trial- analisis beban tegangan lengkung bendungan yang merupakan pendahulu dari sistem komputerisasi saat ini.




Gambar 2.17: Buffalo Bill Dam
Sumber: (ASCE, 2014)



Bendungan merupakan struktur beton gravitasi-lengkungan dengan radius 150 meter dan panjang puncak 200 kaki. Dua puluh lima persen dari bendungan terbuat dengan menempatkan batu seberat 25-200 pon menggunakan tangan. Faktanya (1) Beton ditempatkan dan selesaikan meskipun suhu di bawah nol, membutuhkan alat kelengkapan uap untuk menghangatkan ke lokasi pembangunan. (2). Untuk menggali abutment bendungan di dinding sisi ngarai, pekerja mempertaruhkan nyawa mereka, tergantung dari garis laba-laba yang terhubung ke menara cableway. (3) Tenaga Kerja yang terbatas di perbatasan yang jarang penduduknya sehingga kontraktor dan buruh harus diimpor dan dilatih terlebih dahulu. (4) Ribuan ton bahan harus dikirimkan ke lokasi di atas jalan canyon terjal.


Pada saat konstruksi, Atlantic City Municipal Convention Hall (gambar 2.18) diyakini aula terbesar di dunia, yang mampu duduk 40.000 orang. Hal ini terus berfungsi sebagai tempat pertemuan untuk acara, kontes, acara olahraga, dan konvensi. Bangunan ini dibangun pada tahun 1926 dan selesai 1929. Jumlah material yang digunakan di dalam gedung mengejutkan pada saat itu yaitu 12.000 ton baja struktural; 42.000 meter kubik beton - yang terdiri dari 65.000 barel semen dan 25.000 ton pasir; 360.000 kaki tiang pancang; dan 10.000.000 batu bata serta lebih dari 365.000 meter kubik pasir yang digali untuk ruang bawah tanah. Convention Hall dibangun dengan biaya sebesar $ 15 juta.





Gambar 2.18: Atlantic City Convention Hall
Sumber: (ASCE, 2014)


Bangunan ini adalah struktur proporsi heroic dengan atap ruang utama, yaitu 488 meter dan lebar 288 kaki memiliki ketinggian langit-langit 137 meter, didukung oleh tiga lengkungan truss tiga berengsel terbesar yang pernah dibangun dalam struktur permanen. Meskipun lengkungan secara rutin digunakan dalam pembangunan gudang senjata, di Convention Hall, dengan rentang 350-kaki, sekitar 130 meter lebih panjang dari biasanya yang digunakan pada saat itu.


Convention Hall mampu menampung 40.000 orang dan memiliki atap 4 hektar. Sampai saat ini kemajuan besar dalam bahan bangunan yang struktur atap yang lebih besar dapat dibangun yaitu The Houston Astrodome (dibangun pada 1965) mampu menampung 66.000 orang dengan atap 7,5 hektar; Superdome di New Orleans (1975) mampu menampung 97.300 orang dengan atap 9-hektar; dan Pontiac Silverdome (1975) mampu menampung 80.600 orang dan memiliki atap 10-acre.


Tahun 1911, Jembatan Risorgimento dibangun di Roma dengan panjang 328 kaki. Pada tahun 1913 (gambar 2.19), penggunaan beton siap-pakai diproduksi di Baltimore, Maryland. Empat tahun kemudian, Biro Standar Nasional (sekarang National Bureau of Standar dan Teknologi) dan American Society for Testing dan Material (ASTM International sekarang) menetapkan rumusan standar untuk semen Portland.




Gambar 2.19: Jembatan Risorgimento di Roma
Sumber: (Lalupa, 2005)



Matte Trucco membangun lima lantai Fiat-Lingotti Autoworks di Turin menggunakan beton bertulang pada tahun 1915, (gambar 2.20). Bangunan ini memiliki trek untuk tes mobil di atap.



Gambar 2.20: Bangunan Fiat-Lingotti Autoworks di Turin
Sumber: (Dgtmedia - Simone, 2008)



Ugène Freyssinet adalah seorang insinyur Perancis dan pelopor dalam penggunaan konstruksi beton (Newby, 2001). Pada tahun 1921, ia membangun dua hanggar pesawat raksasa dengan parabola melengkung di Bandara Orly di Paris. Pada tahun 1928, ia diberi paten untuk beton pra-stres (gambar 2.21).







Gambar 2.21: Hanggar pesawat raksasa dengan parabola melengkung di Bandara Orly, Paris
Sumber: (MacDonald, 2003)


Penggunaan beton pratekan dimulai di akhir abad 19, untuk memperbaiki kelemahannya terhadap tarik (Newby, 2001). Di Ingris, Pabrik Bryant & May’s menggunakan konstruksi balok-plat (flat-slab concrete) tahun 1919 (Sutherland, 2001).


Beton Air Entrainment dikembangkan pada tahun 1930. Beton air-entrainment (beton hampa udara) untuk meningkatkan ketahanan terhadap pembekuan dan meningkatkan workability nya. Air entrainment merupakan perkembangan penting dalam meningkatkan daya tahan beton modern. Air entrainment adalah penggunaan agen yang, ketika ditambahkan ke beton selama pencampuran, menciptakan banyak gelembung udara yang sangat kecil dan berjarak dekat, dan sebagian besar dari udara tetap dalam beton keras. Beton mengeras melalui proses kimia yang disebut hidrasi. Saat hidrasi berlangsung, beton akan memiliki rasio air-semen minimal 25 bagian air sampai 100 bagian semen. Air lebih dari rasio ini adalah air berlebih yang membuat beton lebih dapat dituangkan dalam pekerjaan. Saat beton mengeras, kelebihan air akan menguap, meninggalkan permukaan beton berpori. Air dari lingkungan sekitarnya, seperti hujan dan salju yang meleleh, bisa masuk pori-pori ini. Cuaca dingin dapat mengubah air menjadi es, seperti yang terjadi, air mengembang, menciptakan retakan kecil dalam beton yang akan menjadi besar karena proses ini diulang, akhirnya mengakibatkan pengelupasan permukaan dan kerusakan disebut spalling. Ketika beton telah ber-entrained, gelembung kecil bisa remuk sedikit, menyerap beberapa tekanan/stres yang diciptakan oleh ekspansi karena air berubah menjadi es. Udara entrained juga meningkatkan kemampuan kerja karena gelembung bertindak sebagai pelumas antara agregat dan partikel dalam beton. Udara terperangkap terdiri dari gelembung yang lebih besar terperangkap dalam beton dan tidak dianggap menguntungkan untuk beton.



Selain beton Air Entrainment, Beton Tipis (Thin Shell) dikembangkan oleh ahli beton. Keahlian dalam membangun dengan beton bertulang, memungkinkan pengembangan cara baru bangunan beton, teknik Thin-shell merupakan struktur bangunan, seperti atap, dengan cangkang yang relatif tipis beton. Kubah, lengkungan dan kurva senyawa biasanya dibangun dengan metode ini, karena akan membentuk secara alami lebih kuat. Pada tahun 1930, insinyur Eduardo Torroja di Spanyol merancang kubah bertingkat rendah untuk pasar di Algeciras, dengan ketebalan 3 ½ inci yang membentang 150 meter. Kabel baja yang digunakan untuk membentuk sebuah cincin prategang. Pier Luigi Nervi (Newby, 2001), di Italia mulai membangun hanggar untuk Angkatan Udara Italia (gambar 2.22).




Gambar 2.22: Hanggar untuk Angkatan Udara Italia
Sumber: (Hassemer, 2012)


Hanggar yang di cor di tempat, tapi banyak karya Nervi yang digunakan adalah beton pra-cetak. Mungkin orang yang paling berhasil ketika datang ke gedung menggunakan teknik shell beton adalah Felix Candela, seorang matematikawan Spanyol-insinyur-arsitek yang menggunakan Thin-Shell sebagian besar di Mexico City (gambar 2.23). Atap Laboratorium Ray Cosmic di University of Mexico City dibangun dengan tebal 5/8-inch (Newby, 2001). Bentuk khasnya adalah paraboloid hiperbolik. Beberapa atap paling mencolok di mana saja telah dibangun menggunakan teknologi thin-shell, seperti Sidney Opera House, Australia, dan Keong Mas di TMMI Indonesia.






Gambar 2.23: Cosmic Ray Pavilion
Sumber: (wikiarquitectura, 2010)


Era 1945-65 merupakan pengembangan beton sel (concrete shell roofs) yang diterapkan untuk atap-atap bangunan gedung (Anchor, 2001) seperti Gedung Opera Sydney.


Gedung Opera Sydney (Sydney Opera House) di Sydney, New South Wales (gambar 2.24) adalah salah satu bangunan abad ke-20 yang paling unik dan terkenal di desain oleh Jørn Utzon dari Denmark pada tahun 1955 melalui sebuah kompetisi. Utzon sendiri datang ke Sydney untuk supervisi pada 1957. Gedung ini terletak di Bennelong Point di Sydney Harbour dekat Sydney Harbour Bridge dan pemandangan kedua bangunan ini menjadi ikon tersendiri bagi Australia. Bagi jutaan turis yang datang, gedung ini memiliki daya tarik dalam bentuknya yang seperti cangkang. Selain sebagai objek pariwisata, gedung ini juga menjadi tempat berbagai pertunjukkan teater, balet, dan berbagai seni lainnya. Gedung ini dikelola oleh Opera House Trust dan menjadi markas bagi Opera Australia, Sydney Theatre Company, dan Sydney Symphony Orchestra.



Gedung ini juga masuk kedalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2007. Desain gedung opera ini berbentuk mirip cangkang yang dilapisi dengan keramik putih Swedia, membuat pantulan sinar matahari dari fajar hingga senja menghasilkan nuansa artistik. Perusahaan engineering Ove Arup dan Partners digandeng untuk mewujudkan desain di atas kertas menjadi sebuah konstruksi nyata. Proyek pembangunan gedung opera dibagi dalam tiga tahap yaitu Tahap I – podium atas dimulai awal tahun 1959 dan selesai pada tanggal 31 Agustus 1962 dengan berbagai hambatan seperti desain yang belum sempurna, masalah struktural, hingga cuaca buruk. Pada tahap ini ditemukan bahwa kolom podium terlalu lemah sehingga harus dibangun ulang. Kondisi ini menyebabkan jadwal penyelesaian tertinggal 42 minggu.




Gambar 2.24: Sydney Opera House di Sydney Australia
Sumber: (Amazine, 2014)


Tahap II – konstruksi bagian luar dimulai pada tahun 1963 juga tak lepas dari masalah. Pembangunan atap berbentuk cangkang ternyata menjadi tantangan teknis tersendiri sehingga membuat sang arsitek, Utzon, dan perusahaan konstruksi Ove Arup harus menghabiskan empat tahun untuk memecahkan masalah tersebut. Konstruksi cangkang akhirnya dibangun oleh perusahaan Jerman, Hornibrook Group Pty Ltd. Berbagai perubahan dalam desain asli yang disertai kenaikan biaya menimbulkan ketegangan antara pemerintah NSW dan semua yang terlibat dalam proyek. Akhirnya, konstruksi tahap II bisa diselesaikan empat tahun kemudian pada 1967. Tahap III – desain interior dan konstruksi keseluruhan. Di tengah-tengah semua kritik, pekerjaan terus dilakukan dengan berbagai perubahan dari desain awal Utzon. Tahap ketiga akhirnya selesai pada tahun 1973, dengan perkiraan biaya $ 102 juta. Pembangunan Sydney Opera House berlangsung selama sepuluh tahun dengan anggaran empat belas kali lebih besar dari rencana awal $ 7 juta.


Struktur cangkang di Indonesia salah satunya adalah Teater IMAX Keong Mas. Gedung teater ini didirikan atas prakarsa Ibu Tien Soeharto, dan diresmikan pada tanggal 20 april 1984. Teater Imax Keong Emas stuktur cangkangnya memiliki ketebalan 15 cm bagian atas dan bawah 20 cm dengan diameter 46 meter (gambar 2.25).





Gambar 2.25: Keong Mas, TMMI, di Indonesia
Sumber: (TMMI, 2012)



Hoover Dam di bangun pada tahun 1935, Bendungan Hoover (gambar 2.26) selesai dengan menggunakan sekitar 3.250.000 meter beton, dengan tambahan 1.110.000 meter yang digunakan dalam pembangkit listrik dan struktur bendungan-terkait lainnya. Ingatlah bahwa ini adalah kurang dari 20 tahun setelah formula standar untuk semen didirikan.



Gambar 2.26: Hoover Dam
Sumber: (HDR, Inc, 2014)



Insinyur untuk Biro Reklamasi menghitung bahwa jika beton ditempatkan dalam satu, pour monolitik, bendungan baru akan selesai 125 tahun untuk mengeras, dan tekanan dari panas yang dihasilkan akibat kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan struktur pecah dan runtuh. Solusinya adalah dengan menuangkan bendungan dalam serangkaian blok yang membentuk kolom, dengan beberapa blok seluas 50 meter persegi dan 5 meter. Setiap bagian 5-kaki-tinggi memiliki serangkaian pipa 1 inci dipasang di alur air sungai dan kemudian air dingin secara mekanis dipompa untuk membawa pergi panas. Setelah kontraktor beton berhenti pipa diisi dengan nat. Sampel beton inti diuji pada tahun 1995 menunjukkan bahwa beton terus mendapatkan kekuatan dan memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dari rata-rata.


Selain Hoover dam, Konstruksi bendungan lainnya adalah Grand Coulee Dam (gambar 2.27). The Grand Coulee Dam di Washington, selesai pada tahun 1942, merupaka struktur beton terbesar yang pernah dibangun. Sturktur ini berisi 12 juta meter beton melalui penggalian lebih dari 22 juta meter kubik tanah dan batu. Untuk mengurangi penggunaan jumlah truk saat pekerjaan, ban berjalan sepanjang 2 mil dibangun. Pada lokasi tapak beton dipompa ke dalam lubang yang dibor 660-880 meter (dalam granit) untuk mengisi setiap celah yang mungkin melemahkan tanah di bawah bendungan.


Untuk menghindari runtuhnya saat penggalian karena berat overburden, pipa 3-inch dimasukkan ke bumi dengan penambahan cairan dingin dari tanaman pendingin yang dipompa dan membeku untuk menstabilkan konstruksi agar bisa berlanjut.



Beton untuk Grand Coulee Dam ditempatkan menggunakan metode yang sama digunakan untuk Hoover Dam. Setelah ditempatkan di kolom, air sungai yang dingin dipompa melalui pipa tertanam dalam beton untuk mengurangi suhu dari 105 ° F (41°C) sampai 4°F (7°C). Hal ini menyebabkan bendungan bergerak sekitar sepanang 8 inci, dan kesenjangan yang dihasilkan diisi dengan nat.







Gambar 2.27: Grand Coulee Dam
Sumber: (usa.gov, 2013)


Di Indonesia sendiri pembuatan Jembatan Surabaya – Madura (Suramadu) merupakan salah satu mega struktur yang ada di Indonesia saat ini. Jembatan Suramadu (gambar 2.28) dengan total panjang 5,438 km merupakan jembatan terpanjang di Indonesia, yang dalam pelaksanaannya dihadapi berbagai kompleksitas, terutama dalam aspek teknik konstruksi, teknologi bahan, maupun manajemen pelaksanaan.


Dengan total panjang jembatan 5,438 km, dipilih teknik konstruksi cable stayed yang menggunakan teknologi bahan box girder baja untuk bentang tengah sepanjang 0,818 km. Untuk jembatan pendekat sepanjang 1,280 km digunakan konstruksi beton semen pra-tekan box girder. Sedangkan untuk jembatan cause way sepanjang 3,247 km diterapkan konstruksi I girder pra-cetak. Jembatan Suramadu dilengkapi dengan jalan pendekat sepanjang 15,850 km yang terdiri dari 4,350 km untuk sisi Surabaya yang dibangun dengan menggunakan teknik konstruksi perkerasan beton semen dan 11,500 km untuk sisi Madura yang konstruksinya menggunakan perkerasan beton aspal.


Jembatan Suramadu dibangun dengan lebar 30 m, terdiri dari 2 lajur lalu lintas masing-masing arah dengan lebar 3,5 m dan bahu jalan dengan lebar 2,25 m. Untuk mengakomo-asi aspirasi masyarakat Madura dan memper-imangkan tingginya volume lalu lintas sepeda motor, maka disediakan jalur khusus sepeda motor dengan lebar 3,05 m di masing-masing sisi. Biaya pembangunan Jembatan Suramadu seluruhnya sekitar Rp 5 trilyun yang bersumber dari APBN termasuk pinjaman dari Pemerintah China dan APBD Provinsi Jawa Timur. (Renstra PU, 2014).




Gambar 2.28: Jembatan Surabaya – Madura (Suramadu)
Sumber: (Waspada Online, 2012)


Beton pada Jembatan Suramadu menggunakan bahan semen tipe khusus yaitu Special Blended Cement (SBC) yang diproduksi secara khusus oleh PT. Semen Gresik yang merupakan riset bersama antara PT. Semen Gresik dengan Proyek Jembatan Suramadu. Kelebihan dari SBC ini mampu melindungi beton dari serangan korosi adalah (Suhendro, Bambang, 2010):

  • Tahan terhadap serangan Sulfat dan Chlor maupun lingkungan yang agresif pada daerah laut.
  • Panas hidrasi yang terjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan semen tipe lain.
  • Permeabilitas lebih kecil dari semen tipe lain


Penggunaan beton dalam konstruksi, dari sisi pasar tenaga kerja, pembangunan prasarana jalan dalam menciptakan peluang usaha dan menampung angkatan kerja juga sangat besar dan berpotensi untuk mem-berikan multiplier effect terhadap perekonomian lokal maupun kawasan.


Jalan Tol Cipularang (CIkampek - PUrwakarta - PadaLARANG) adalah jalan tol di Indonesia yang menghubungkan kota Jakarta dan Bandung. Jalan tol ini selesai dibangun pada akhir April 2005. Tol ini membentang dari Cikampek - Purwakarta sampai Padalarang (gambar 2.29) Tol ini berada di pegunungan sehingga jalannya naik-turun dan juga mempunyai banyak jembatan yang panjang dan tinggi.





Gambar 2.29: Tol Cipularang Km 97
Sumber: (Rosad, 2013)


Contohnya adalah, pembangunan Jalan Tol Cipularang sepanjang 58 km yang menelan biaya sekitar 1,6 triliun rupiah dan 100% dikerjakan oleh tenaga lokal. Proyek pembangunan ini melibatkan 50 ribu tenaga kerja. Disamping menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak, pembangunan Jalan Tol Cipularang juga meningkatkan nilai konsumsi dengan menggunakan 500 ribu ton semen, 25 ribu ton besi beton, 1,5 juta m3 agregat, dan 500 ribu m3 pasir.


Konstruksi High-Rise dalam tahun-tahun setelah pembangunan Gedung Ingalls pada tahun 1904, sebagian besar bangunan bertingkat tinggi yang terbuat dari baja. Pada tahun 1962 di Bertrand Goldberg dibangun Konstruksi 60 lantai Twin Towers di Chicago memicu minat baru dalam menggunakan beton bertulang untuk gedung-gedung bertingkat. Struktur tertinggi di dunia (per 2011) dibangun dengan menggunakan beton bertulang. The Burj Khalifa di Dubai di Uni Emirat Arab (UEA) berdiri pada 828 m (2,717 ka).


Pembangunan dimulai pada 21 September 2004, dan struktur luarnya disiapkan pada 1 Oktober 2009 serta dibuka secara rasmi pada 4 Januari 2010. Bangunan ini merupakan berdiri di lahan seluas 2 km2 yang dikenali sebagai Downtown Burj Khalifa di persimpangan di sepanjang Jalan Sheikh Zayed, dekat kawasan niaga utama di Dubai. Selain The Burj Khalifa di Dubai, beberapa bangunan tinggi yang ada adalah CN Tower di Canada setinggi 553,33 meter, Taipei 101 di Taiwan setinggi 508 meter dan menara kembar petronas di Malaysia setinggi 452 meter, Menara Willis setinggi 442 m di Chicago, Amerika.



Menara Willis (Willis Tower atau dulu dikenal Sears Tower) adalah pencakar langit di Chicago, Illinois. Gedung ini merupakan gedung tertinggi di Amerika Serikat sejak tahun 1973 setelah mengalahkan ketinggian World Trade Center. Sebelumnya, World Trade Center merupakan gedung tertinggi di AS selama setahun setelah mengungguli Gedung Empire State yang berada di kota yang sama, New York City. Menara Sears dibangun konglomerat bisnis eceran Sears, Roebuck and Company. Perancangnya adalah arsitek kepala Bruce Graham dan insinyur struktur Fazlur Khan dari Skidmore, Owings and Merrill.


Pembangunan dimulai bulan Agustus 1970, dan dicapai tinggi maksimum gedung seperti direncanakan pada tanggal 3 Mei 1973. Ketika selesai, ketinggian Menara Sears mengungguli World Trade Center di New York City, dan menjadi gedung tertinggi di dunia. Gedung ini terdiri dari 108 lantai, namun pemilik gedung menghitung lantai atap sebagai lantai 109, dan bagian paling atas yang berisi peralatan mekanik sebagai lantai 110. Tinggi gedung sampai ke atap adalah 442 m, dihitung dari pintu masuk sebelah timur.


Menurut standar Emporis (Emporis Data Standards ESN 18727, ESN 24419)., gedung dengan 12 lantai atau 35 meter atau lebih tingginya dan gedung berlantai banyak lebih dari 100 meter di klasifikasikan sebagai gedung sangat tinggi (High-rise building) dan gedung pencakar langit (skyscraper). Gedung tinggi dapat digambarkan sebagai sebuah bangunan bertingkat yang umumnya dibangun menggunakan kerangka struktural, dilengkapi dengan lift kecepatan tinggi, dan menggabungkan ketinggian yang luar biasa dengan ruang kamar biasa seperti dapat ditemukan dalam-bangunan rendah. Secara keseluruhan, itu adalah ekspresi fisik, ekonomi, dan teknologi dari basis kekuasaan kota, mewakili investasi swasta dan publik (Günel & Ilgin, 2014).


The Burj Khalifa adalah struktur mixed-use, dengan sebuah hotel, kantor dan ruang ritel, restoran, klub malam, kolam renang, dan 900 tempat tinggal. Konstruksi menggunakan 431.600 meter kubik beton dan 61.000 ton besi/rebar. Bangunan itu memiliki berat kosong sekitar 500.000 ton seperti Piramida Besar di Giza.


Burj Khalifa dapat menampung 35.000 orang sekaligus. Untuk menutupi 160 lantainya, Sebanyak 57 elevator dengan kecepatan 40 mph digunakan. Panas, iklim lembab Dubai, dikombinasikan dengan pendingin udara yang diperlukan untuk menangani suhu luar yang mencapai lebih dari 120°F, menghasilkan begitu banyak kondensasi air yang dikumpulkan dalam tangki penampungan di bawah tanah (ground water tank) dan digunakan untuk irigasi lanskap. Piramida Besar di Giza memegang rekor sebagai buatan manusia tertinggi struktur dunia selama sekitar 4.000 tahun. Sebuah bangunan 568 meter lebih tinggi dari Burj Khalifa dijadwalkan selesai pada tahun 2016 di Kuwait.


Di Jakarta – Indonesia, saat ini gedung tertingginya adalah Wisma 46 (gambar 2.30) yang dibuat oleh DP Architects Private Limited dan Zeidler Partnership Architects adalah nama sebuah gedung setinggi 250 meter di Jakarta, Indonesia. Menurut Emporis – Building data and Construction Project Worldwide, gedung ini juga merupakan gedung tertinggi ke-97 di dunia pada tahun 2008.


Gedung-gedung bertingkat di dunia dari yang tertinggi seperti The Burj Khalifa dan lainnya (gambar 2.31). Pada tabel berikut (lihat tabel 2.1) dapat di lihat daftar 50 gedung tinggi di dunia.


Wisma 46 diresmikan pada tahun 1996 dan memiliki 50 lantai. Gedung ini memiliki bentuk yang unik, seperti sebuah pena yang berdiri tegak. Menurut data Emporis, Wisma 46 tidak lagi masuk dalam 200 gedung tinggi di dunia (emporis, 2012). Berdasarkan data terbaru Emporis gedung Wisma 46 merupakan gedung tertinggi di Indonesia, dan 20 Gedung tinggi di Indonesia semuanya ada di Jakarta, berikut daftar gedung tinggi di Indonesia (lihat tabel 2.2)





Gambar 2.30: Gedung Wisma BNI 46
Sumber: (Azahari, 2008)


Gambar 2.31: Beberapa Bangunan Tinggi
Sumber: (Deskarati, 2012)


E. Keahlian yang dibutuhkan



Keahlian dalam perencanaan struktur beton bertulang haruslah memenuhi persyarat-persyarat yang berlaku. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku. Analisis dengan komputer, harus disertai dengan penjelasan mengenai prinsip cara kerja program, data masukan serta penjelasan mengenai data keluaran. Ahli dapat menggunakan percobaan model dan diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis teoritis. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan unsur-unsurnya. Bila cara perhitungan menyimpang dari ketentuan dalam SNI 03-2847-2002, maka harus mengikuti persyaratan sebagai berikut:


(1) Struktur yang dihasilkan harus dapat dibuktikan cukup aman dengan bantuan perhitungan dan/atau percobaan.
(2)  Tanggung jawab atas penyimpangan yang terjadi dipikul oleh perencana dan pelaksana yang bersangkutan.

(3)  Perhitungan dan/atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang ditunjuk oleh pengawas bangunan yang berwenang, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi wewenang menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut. Bila perlu,  panitia dapat meminta diadakan percobaan ulang, lanjutan atau tambahan. Laporan panitia yang berisi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan penggunaan cara tersebut mempunyai kekuatan yang sama dengan tata cara ini.

1. Perkembangan Industri Konstruksi


Industri Konstruksi Dunia adalah salah satu industri terbesar di seluruh dunia. Kontribusi industri ini memberikan kontribusi terhadap GDP global berkisar sepersepuluh dari jumlah total. Industri Konstruksi Dunia juga merupakan generator kerja potensial dan memberikan pekerjaan untuk hampir tujuh persen pekerja yang bekerja total di seluruh dunia. Luasnya industri ini telah menjadi begitu besar sehingga energi, dalam bentuk listrik maupun bahan bakar, yang dikonsumsi sekitar dua-seperlima dari total energi yang dikonsumsi di seluruh dunia. Sumber daya yang digunakan dalam Industri Konstruksi Dunia juga mengejutkan tingginya dan mengkonsumsi lima puluh persen dari total sumber daya dunia. Industri Konstruksi Dunia adalah dasar dari perekonomian dunia yang dicapai melalui pembangunan properti real estate (perumahan dan komersial), jembatan, terowongan, jalan, rel kereta api dan kompartemen, bandara, dan lainnya. Industri Konstruksi Dunia saat ini sebagai dasar untuk menilai kinerja kondisi ekonomi suatu negara. Industri ini bukanlah entitas homogen tetapi memiliki karakteristik heterogen. (EconomyWatch, 2010).


Tren Industri Konstruksi di seluruh dunia menunjukkan kenaikan laju pertumbuhan. Industri ini terdiri dari banyak komponen termasuk konstruksi teknik sipil berat dan (jalan raya, jembatan, rel kereta api, bandara, dll), real estate (baik perumahan maupun komersial) pengembangan, dan produk konstruksi khusus (seperti produk arsitektur, sambungan listrik, barang-barang dekoratif, dll). Semua segmen ini tidak dapat diharapkan untuk menunjukkan tren serupa dan bahkan menunjukkan pola pertumbuhan diferensial di seluruh dunia.


Demikian juga di Indonesia, seperti halnya pada industri lain, pasar jasa konstruksi sangat dipengaruhi oleh daya beli dari masyarakat dan pemerintah, dimana daya beli ini berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi makro Indonesia yang mengalami gangguan akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997/1998 tersebut. Sebelum krisis ekonomi pada tahun 1997, Biro Pusat Statistik (BPS, 2006) mencatat adanya pertumbuhan di sektor konstruksi yang mencapai 13,71% per tahun. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 7,85%. Akan tetapi setelah krisis ekonomi menyerang Indonesia, konstruksi merupakan sektor yang paling merasakan imbas dari krisis ekonomi tersebut dimana sektor konstruksi pada tahun 1998 terpuruk hingga minus 36,4% dan mengalami pertumbuhan yang paling parah dibandingkan sektor ekonomi yang lainnya seperti manufaktur dan pertanian. Dalam kurun waktu tersebut perusahaan-perusahaan jasa konstruksi sangat terpukul pada saat terjadinya krisis ekonomi karena volume pekerjaan konstruksi berkurang drastis, proyek ditangguhkan atau dihentikan sementara oleh pemiliknya dan juga pemilik proyek banyak yang kesulitan melakukan pembayaran kepada kontraktor. Sementara dalam waktu yang bersamaan, kontraktor memiliki kewajiban membayar kepada pihak ketiga, terutama pengusaha golongan ekonomi lemah, disamping harus membayar bunga pinjaman kepada pihak perbankan yang mana pada saat itu suku bunga perbankan melonjak drastis sampai mencapai sekitar 25-26% per tahunnya.


Perkembangan industri jasa konstruksi di Indonesia dibagi dalam 5 (lima) periode Periode 1945 – 1950: Pada periode ini praktis industri jasa konstruksi belum bangkit, karena negeri kita masih disibukkan dengan usaha Belanda yang ingin menjajah kita kembali sehingga terjadilah Agresi Militer Belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II (1948). Tahun 1950, Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan membubarkan Republik Indonesia Serikat (RIS), karena nya dalam periode ini belum tumbuh pembangunan atau industri jasa konstruksi. Perusahaan jasa konstruksi yang ada dalam periode ini kebanyakan adalah perusahaan Belanda seperti NV de Hollandshe Beton Maatschappij (PT. Hutama Karya), NV Volker Associate (PT. Adhi Karya), NV Nederlandshe Aanneming Maatschappij (PT. Nindya Karya), NV Volker Aanneming Maatschappij (PT. Waskita Karya).


Periode 1951 – 1959: Sejak tahun 1951 sampai dengan 1959, Pemerintah Republik Indonesia yang menggunakan sistem Kabinet Parlementer tidak pernah stabil. Kabinet silih berganti, karena itu dalam periode ini industri jasa konstruksi tetap masih belum bangkit. Perencanaan pembangunan yang definitive belum ada. Bentuk kontrak mengacu kepada satu – satunya ketentuan warisan Belanda, yaitu AV41.


Periode 1960 – 1966: Pada periode ini, pembangunan baru dimulai dan dipimpin langsung oleh Bung Karno dengan nama proyek “Proyek – Proyek Mandataris”, seperti MONAS, Monumen Irian Barat, Hotel Indonesia, Samudra Beach, Bali Beach, Wisma Nusantara, Jembatan Semanggi, Gelora Senayan dan lainnya. Hingga tahun 1966 bentuk kontrak pada umumnya adalah cost plus fee. Pekerjaan langsung ditunjuk langsung oleh Pemerintah (tanpa tender) dan sektor swasta belum ikut serta. Setelah tahun 1966, Pemerintah melarang bentuk kontrak cost plus fee. Kontrak ini dinilai tidak begitu baik karena mudah terjadi manipulasi dan tidak efisien sehingga biaya proyek menjadi tidak terukur.


Periode 1967 – 1996: Pada awal tahun 1969, Pemerintah menetapkan suatu program pembangunan yang terencana. Program ini dikenal dengan nama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I) Tahun 1969 – 1994 yang terdiri dari 5 (lima) Rencana Pembanguna Lima Tahun (REPELITA) dan Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP II) Tahun 1994 – 2019, yang dimulai dengan REPELITA VI Tahun 1994 – 1999. Kontrak konstruksi sebagian besar menggunakan standar atau versi Pemerintah kecuali sektor swasta dan proyek yang menggunakan dana pinjaman luar negeri (loan) yang biasanya mengacu pada standar kontrak seperti FIDIC / JCT / AIA / JCT.


Periode 1997 – 2002: Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter. Industri jasa konstruksi mengalami goncangan yang sangat hebat. Proyek – proyek mendadak berhenti dikarenakan Pengguna Jasa tidak mampu membayar Penyedia Jasa. Pada tahu 1999, Pemerintah membuat peraturan perundang – undangan baku mengenai industri jasa konstruksi, yaitu Undang – Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi diikuti dengan 3 (tiga) Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaannya, yaitu PP No. 28, 29 dan 30 Tahun 2000. Selain itu melalui BSN, pemerintah secara kontinyu mengembangkan standar-standar yang berkaitan dengan konstruksi.


Di tengah ketatnya kondisi persaingan bisnis jasa konstruksi ini, para pelaku bisnis jasa konstruksi di Indonesia, dalam hal ini adalah kontraktor jasa konstruksi, berupaya keras untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaannya. Terjaganya eksistensi suatu perusahaan di-antaranya tergantung pada kemampuan perusahaan tersebut untuk melihat peluang-peluang pasar yang ada.


Sektor konstruksi di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam PDB tahun 2011 yaitu sekitar sebesar 8%, tahun 2012 sebesar 10% dan pada tahun 2013 diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 11-12%. Secara nilai juga mengalami peningkatan, pada tahun 2011 sebesar Rp 250 triliun, pada tahun 2012 sebesar Rp 330 Triliun dan diprediksi pada tahun 2013 nilai belanja konstruksi nasional meningkat sekitar 20% (Road to 41st IFAWPCA Convention, 2012). Pasar Konstruksi sesuai dengan (tabel 2.3) terjadi peningkatan signifikan. Peningkatan ini seiring dengan komitmen pemerintah yang berfokus pada pembangunan infrastruktur untuk mendukung aktivitas ekonomi dan juga meningkatkan mobilitas dalam hubungan internasional, terlebih sejak Indonesia masuk ke dalam zona Investment grade. Komitmen pemerintah untuk membenahi kualitas infrastruktur nasional direfleksikan dalam RAPBN 2013 mencapai 11,76 persen dari total anggaran belanja negara sebesar Rp. 1.657,9 trilliun. Angka tersebut, meningkat 14,9 persen dari alokasi belanja modal dalam APBN-P tahun 2012


Tabel 2.3:Pasar Industri Konstruksi di Indonesia
Pasar Konstruksi Nasional        
2012
2014
APBN
APBD
BUMN & BUMD
Swasta
Rp.93 triliun
Rp.40 triliun
Rp.97 triliun
Rp.170 triliun
Rp.150 triliun
Rp.60 triliun
Rp.70 triliun
Rp.200 triliun
Total
Rp. 400 triliun        
Rp. 480 triliun
Sumber: (AKI, 2013)



Beberapa factor yang menjadi kendala dalam sektor konstruksi antara lain adalah (1) Tingginya suku bunga sehingga daya saing dengan kontraktor asing menjadi sangat lemah. (2) Masalah pajak juga menjadi kendala berat karena PPH final yang cukup besar. (3) Terbatasnya SDM tenaga skill mulai dari mandor hingga project manager, karena banyak pekerja yang memilih untuk bekerja di luar negeri melalui PJTKI, padahal sebenarnya pendapatan tenaga skill ini juga cukup tinggi di dalam negeri. Kurangnya informasi kepada masyarakat mengenai besarnya pendapatan. (4) Tidak adanya kesepahaman mengenai berbagai hal yang menyangkut konstruksi mulai dari desain sampai dengan pelaksanaan, terutama ketidak sepahaman dari penegak hukum. Hal ini sangat memprihatinkan karena memperlambat kinerja dan efisiensi. Sebagai conton, 1 proyek bisa diperiksa oleh 5 penegak hukum, padahal dengan 2 pemeriksa saja sudah cukup.

2. Perkembangan keahlian



Laporan 2001 ASCE, “Engineering the Future of Civil Engineering”, bahwa untuk insinyur sipil harus mempertahankan gaya kepemimpinan dalam infrastruktur dan lingkungan sekitarnya, rencana induk pelaksanaan diperlukan; dan dasarnya rencana induk ini adalah dokumen yang disebut “Body of Knowledge”. Menurut ASCE, seorang insinyur sipil harus memiliki keahlian professional dan terus belajar sesuai dengan spesialisasinya yang dibuktikan dengan sertifikasi ahli dibidangnya (Hansen & Zenobia, 2011), yang dipublikasikan dalam Body of Knowledge/BOK1, tahun 2004 (gambar 2.32).


Pengertian “baccalaureate education” (Farlex, Inc, 2014) adalah pendidikan dengan tingkat universitas Sarjana atau Arts, Bachelor of Science, dll. Pengalaman berarti kemampuan untuk merancang dan melakukan percobaan, serta menganalisis dan menginterpretasikan data (Hansen & Zenobia, 2011). Kaitannya dengan ahli sipil adalah seorang yang mempunyai kompetensi atau kemampuan untuk merancang dan melakukan percobaan di ilmu sipil, serta menganalisis dan menginterpretasikan data untuk pekerjaannya. Lifelong learning-pengakuan dari kebutuhan, dan kemampuan untuk terlibat dalam, belajar sepanjang hayat. Profesional berarti seorang yang kompeten dalam bidangnya.

Gambar 2.32: Visi ASCE untuk mempersiapkan karir di Teknik Sipil (Adapted from ASCE Policy Statement 465
Sumber: (Hansen & Zenobia, 2011)



Sejak tahun 1999 melalui Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi mewajibkan setiap orang yang terlibat dalam usaha jasa konstruksi memiliki sertifikat baik itu sertifikat keahlian maupun sertifikat keterampilan. Untuk orang-orang dengan keterampilan tertentu, misalnya juru gambar professional memang wajar harus punya sertifikat keterampilan yang menunjukkan bahwa dia memang terampil dalam bidang gambar teknik.


Tujuan sertifikasi adalah menciptakan orang-orang mumpuni dibidangnya. Sertifikasi digolongkan menjadi Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Ketrampilan (SKT). SKA adalah bukti kompetensi dan kemampuan profesi keahlian kerja tenaga ahli bidang Jasa Pelaksana Konstruksi (KONTRAKTOR), Jasa Perencana Konstruksi atau Jasa Pengawas Konstruksi (KONSULTAN), dengan kualifikasi tenaga ahli tenaga ahli Jasa Konstruksi adalah; (1) Ahli Utama, (2) Ahli Madya, dan (3) Ahli Muda.


SKT (Sertifikat Keterampilan) adalah bukti kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja bidang Jasa Pelaksana Konstruksi (KONTRAKTOR) yang harus dimiliki tenaga kerja/ahli perusahaan untuk dapat ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) dalam permohonan Sertifikasi dan Registrasi Jasa Pelaksana Konstruksi. Kualifikasi tenaga terampil Jasa Pelaksana Konstruksi adalah (1) Tingkat I, (2) Tingkat II dan (3) Tingkat III


Sebuah badan usaha jasa konstruksi harus memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian (SKA) untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) atau Penanggung Jawab Bidang (PJB) yang merupakan salah satu persyaratan utama untuk mengajukan permohonan Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha bidang Jasa Konstruksi. SKA dan SKT tersebut dikeluarkan oleh asosiasi profesi jasa konstruksi yang telah diakreditasi Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). SKT hanya untuk tenaga ahli perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi (kontraktor); sedangkan SKA berlaku baik untuk kontraktor maupun konsultan.



Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) adalah Lembaga yang sah sebagai penyelenggara peran masyarakat dalam pengembangan jasa konstruksi dan Keabsahan Sertifikat Badan Usaha (SBU), Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Keterampilan (SKT) yang sah digunakan untuk memenuhi persyaratan dalam Pengurusan ljin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) dan persyaratan menjadi Penyedia Jasa untuk mengikuti pemilihan pengadaan jasa penyelenggara jasa Konstruksi (LPJK, 1 Oktober 2014).


Pengelompokan bidang untuk SKA menurut LPJK, sesuai dengan Sertifikat Keahlian (SKA) untuk tenaga ahli perusahaan Jasa Konstruksi menjadi Bidang Arsitektur, Sipil, Mekanikal, Elektrikal, Tata Lingkungan dan Bidang Lainnya. Sertifikat Keterampilan (SKT) untuk tenaga ahli perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi mencakup Bidang Arsitektur, Sipil, Mekanikal, Elektrikal, Tata Lingkungan. Terkait dengan assoisasi yang dapat mengeluarkan SKA atau SKT sesuai Bidang Sipil dan Sub Bidang Tenaga Ahli Jasa Konstruksi (tabel 2.4):


3. Peran Ahli Beton



Berdasarkan aktifitas pekerjaan beton dalam sebuah pekerjaan jasa konstruksi, ahli beton berperan dari mulai pre-engineering sampai dengan penyerahan akhir sebuah pekerjaan (Final Hand Over/FHO), diagramnya (gambar 2.33).


Pada tahap study kelayakan dan pre-engineering, ahli beton akan memilih alternatif material apa dan struktur yang bagaimana yang akan dibangun dengan mempertimbangkan rencana arsitekturalnya. Pilihannnya jika dimensi besar atau tinggi, kemungkinan penggunaan kekuatan tekan beton dalam struktur menjadi lebih longgar, akan tetapi jika dimensi yang dipilih haruslah ekonomis dengan tingkat kekuatan yang besar maka kekuatan tekan beton yang dipilih haruslah cukup tinggi atau di atas beton normal.


Pada tahapan perencanaan detail, ahli beton merumuskan kekuatan yang dipilih dan digunakan untuk dasar perencanaan mekanika teknik (analisa struktur), jika hasil analisis memberikan keluaran bahwa kekuatan tekan yang dipilih atau ditentukan cukup selanjutnya ahli beton akan menuangkan dan mendesripsikan menjadi spesifikasi teknis untuk pekerjaan beton termasuk didalamnya spesifikasi penggunaan material beton, perancangannya, pembuatan, perawatan dan pengujian beton serta evaluasi yang akan dilakukan.




Gambar 2.33: Pekerjaan Ahli Beton
Sumber: (Mulyono, T, 2003)



Tahapan selanjutnya pemilihan kontraktor pelaksana sampai kontrak untuk pelaksanaan pekerjaan. Peran monitoring dan evaluasi pekerjaan umumnya dilakukan oleh konsultan pengawasan atau manajemen konstruksi. Ahli beton pada tahap ini melakukan evaluasi dan monitoring pekerjaan serta melakukan konfirmasi apakah pekerjaan beton sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan. Jika tidak maka harus dilakukan tindakan perbaikan terhadap struktur beton yang ditolak. Jika pekerjaan telah sesuai dengan spesifikasi teknis maka pekerjaan dapat diterima dan dinyatakan dalam suatu serah terima pekerjaan.




F. Latihan Soal
1.     Jelaskan secara singkat perkembangan beton?
2.     Bahan perekat apa yang digunakan untuk membuat bangunan sebelum jaman masehi?
3.     Jelaskan perkembangan semen setelah masa penemuan semen yang diproduksi sebagai semen Portland?
4.     Jelaskan perkembangan struktur cangkang/shell yang menggunakan bahan beton?
5.     Jelaskan mengapa seorang ahli beton harus tersertifikasi?
6.     Jelaskan bagaimana peran ahli beton dalam industri konstruksi dari mulai tahap studi kelayakan sampai dengan serah terima pekerjaan?

7.     Apa saja tindakan yang harus diambil jika hasil evaluasi kekuatan tekan beton dari benda uji silinder tidak memenuhi kriteria penerimaan syarat yang ditetapkan?


Daftar Pustaka

AKI. (2013, 4 4). Informasi: Road to 41st IFAWPCA Convention. Retrieved 9 1, 2013, from Asosiasi Kontraktor Indonesia: http://www.aki.or.id/?iddetail&id=395
Amazine. (2014). Sejarah Sydney Opera House: Kisah Dibalik Gedung Opera Sydney. Retrieved 7 1, 2014, from Amazine.co: http://www.amazine.co/21921/sejarah-sydney-opera-house-kisah-dibalik-gedung-opera-sydney/
Anchor, R. (2001). Concrete Shell Roofs, 1945-65. In J. Sutherland, H. Dawn, & M. Chrimes (Eds.), Historic Concrete: Background to Appraisal (pp. 177-190). Great Britain: Thomas Telford.
Andhika Consulting. (2014, 3 17). DAFTAR KLASIFIKASI/SUB-KLASIFIKASI TENAGA KERJA AHLI KONSTRUKSI. Retrieved 7 1, 2014, from sertifikasi.biz: http://www.sertifikasi.biz/Klasifikasi%2520Tenaga%2520Ahli%2520Konstruksi%2520.pdf&sa=U&ei=GUtVVI2bFY6EuwSjtYHoAQ&ved=0CBYQFjAB&usg=AFQjCNFGG7Ar1JppshR_Hur7eaAmExwn_Q
ASCE. (2014). Atlantic City Convention Hall. Retrieved 7 1, 2014, from American Society of Civil Engineers: http://www.asce.org/uploadedImages/People_and_Projects/Projects/Landmarks/cropped_Atlantic%20City%20(Municipal)%20Convention%20Hall_wikipedia.jpg
ASCE. (2014). Buffalo Bill Dam. Retrieved 7 1, 2014, from American Society of Civil Engineers: http://www.asce.org/uploadedImages/People_and_Projects/Projects/Landmarks/ps-editing_cropped_wikipedia_BuffaloBillDam.jpg
ASCE. (2014). Cheesman Dam. Retrieved 7 1, 2014, from American Society of Civil Engineers: http://www.asce.org/uploadedImages/People_and_Projects/Projects/Landmarks/CheesmanDam-waterarchives_resized.jpg
ASCE. (2014). Ingalls Building. Retrieved 7 1, 2014, from American Society of Civil Engineers: http://www.asce.org/People-and-Projects/Projects/Landmarks/Ingalls-Building/
ASCE. (2014). Starrucca Viaduct. Retrieved 7 1, 2014, from American Society of Civil Engineers: http://www.asce.org/People-and-Projects/Projects/Landmarks/Starrucca-Viaduct/
Azahari. (2008, Maret). Jakarta ibukota kita (pic series): Gedung-gedung. Retrieved 7 1, 2014, from Kompas.com: http://forum.kompas.com/megapolitan/10361-jakarta-ibukota-kita-pic-series-gedung-gedung-4.html
Bloomberg News. (2012, June 5). China’s Great Wall Found to Measure More Than 20,000 Kilometers. Retrieved Juli 3, 2014, from http://www.bloomberg.com/news/2012-06-05/china-s-great-wall-found-to-measure-more-than-20-000-kilometers.html
BN Products. (2013, June 25). Pic of the Week: Ward’s Castle. Retrieved 7 1, 2014, from BN Products - USA, LLC: http://www.bnproducts.com/blog/photo-of-the-week/pic-of-the-week-wards-castle/
Claydon, J. F. (2011, August 04). Reinforced Concrete from The Elements of Structure by W Morgan. Retrieved 1 1, 2014, from Structure Analysis: http://www.jfccivilengineer.com/reinforced_concrete.htm
Collins, P. (2004). Concrete: the vision of a new architecture (Second ed.). Paris: McGill-Queen's University Press, http://www.mqup.ca.
Day, L., & McNeil, I. (2003). (editors), Biographical Dictionary of the History of Technology. New York, USA: Routledge.
Deskarati. (2012). The World’s Tallest Buildings. Retrieved 7 1, 2014, from Deskarati.com: http://deskarati.com/2013/01/30/the-worlds-tallest-buildings-2/
Dgtmedia - Simone. (2008, July 7). Rappresentazione artistica dello stabilimento del Lingotto nel 1928. Retrieved 7 1, 2014, from it.wikipedia: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/85/Fiat_Lingotto_veduta-1928.jpg
Emporis GMBH. (2014, Januari). Jakarta's tallest buildings - Top 20. Retrieved 7 1, 2014, from Emporis: http://www.emporis.com/statistics/tallest-buildings-jakarta-indonesia
Emporis GMBH. (2014, 1). THE WORLD'S TALLEST BUILDINGS. Retrieved 7 1, 2014, from Emporis: http://www.emporis.com/statistics/worlds-tallest-buildings
Encyclopædia Britannica. (2014). Sears, Roebuck and Company. Retrieved 11 1, 2014, from Encyclopædia Britannica, Inc: http://www.britannica.com/EBchecked/topic/531000/Sears-Roebuck-and-Company
Encyclopædia Britannica, Inc. (2014). François Coignet. Retrieved 9 23, 2014, from Encyclopædia Britannica: http://www.britannica.com/EBchecked/topic/124672/Francois-Coignet
Encyclopædia Britannica’s. (2014). Pantheon. Retrieved 7 1, 2014, from Encyclopædia Britannica, Inc: http://www.britannica.com/EBchecked/topic/441553/Pantheon
Encyclopædia Britannica’s. (2014). Pantheon, Rome, begun by Agrippa in 27 bc, completely rebuilt by Hadrian c. ad 118–c. 128.(Credit: Federico Arborio Mella). Retrieved 7 1, 2014, from Encyclopædia Britannica, iNC: http://media-3.web.britannica.com/eb-media/14/9714-004-34D00E13.jpg
Encyclopædia Britannica’s. (2014). Pozzolana. Retrieved 7 1, 2014, from Encyclopædia Britannica, Inc: http://www.britannica.com/EBchecked/topic/473488/pozzolana
Escales Maririmes. (2008, November 18). L’incroyable filiation d’un petit bateau un peu fou…. Retrieved 7 1, 2014, from Escales Maritimes: http://escales.files.wordpress.com/2008/11/epsn0002.jpg
Farlex, Inc. (2014). baccalaureate. Retrieved 11 3, 2014, from TheFreeDictionary: http://www.thefreedictionary.com/baccalaureate
flickr. (2011, Juli 17). George Bartholomew First Concrete Street in Bellefontaine, Ohio. Retrieved 7 1, 2014, from flickr: https://www.flickr.com/photos/americasroof/5960053955/in/photostream/?rb=1
Gromicko, N., & Shepard, K. (2012). The History of Concrete. Retrieved 11 20, 2012, from the International Association of Certified Home Inspectors, Inc: http://www.nachi.org/history-of-concrete.htm
Günel, M. H., & Ilgin, H. E. (2014). Tall buildings : structural systems and aerodynamic form. New York, NY 10017, USA: Routledge.
Gupton, N. (2003, April 4). Ancient Egyptian Chambers Explored. Retrieved 9 9, 2014, from http://news.nationalgeographic.com/news/2002/09/0910_020913_egypt_1.html
Gwinner, J. A. (2013). Great Buildings. Retrieved 7 1, 2014, from GreatBuildings.com: http://www.greatbuildings.com/gbc/images/cid_1089832454_RueFranklinApts_Exterior.jpg
Handwerk, B. (2014, 7 1). Giza Pyramids Hold Pharaohs' Ancient Secrets. Retrieved 10 1, 2014, from National Geographic: http://science.nationalgeographic.com/science/archaeology/giza-pyramids/
Hansen, K. L., & Zenobia, K. E. (2011). Civil Engineer’s Handbook of Professional Practice. New Jersey-USA: John Wiley & Sons, Inc.
Hao, n. w. (2010, September 16). Hot Threads News Update. Retrieved 7 1, 2014, from blogspot.com: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLj4L0RpBJVqDamDd_f194_MbszEYHev-x7zWO6OETR59HduzQzCsKG9_G14IA4AjeQthTHjYpvOoy6qQWNOA_wsio5C9WeNcXX08N2z-rWCM0nm6mN3GH3Y3KxoIABcC-UlJrqGl2_Eg/s1600/5.jpg
Hartley & Brookes Associates. (2014). The World Of Ferro-Cement Boats. Retrieved 10 1, 2014, from World Of Ferroboat: http://www.ferroboats.com/
Hassemer, B. (2012, June 11). ART, ARCHITECTURE, HABIT, & PRACTICE. Retrieved 7 1, 2014, from MKThink: http://www.mkthink.com/wp-content/uploads/2012/06/calatrava1.jpg
HDR, Inc. (2014). Hoover Dam Bypass. Retrieved 7 1, 2014, from HDR, Inc: http://www.hdrinc.com/sites/all/files/content/projects/images/246-hoover-dam-bypass-2960.jpg
Hein, M. (2014). Historical Timeline of Concrete Time Period: 1904 Ingalls Building - Cincinnati, Ohio. Retrieved 7 1, 2014, from Auburn University Building Science Department, College of Architecture, Design, and Construction: https://fp.auburn.edu/heinmic/ConcreteHistory/Pages/IngallsBuilding.htm
Herring, B. (2002, Sepetember). The Secret of Roman Concrete: Imagine BuildingStructures That Last 2,000 years. How Did The Do It? CONSTRUCTOR's , pp. 15-16.
Hurst. (2001). Concrete and the structural use of cemen in England 1890. In J. Sutherland, D. Humm, & M. Chrimes (Eds.), Historic Concrete: Background to Appraisal (pp. 45-67). Great Britain: Thomas Telford.
Illingworth, J. (2012, April 09). Joseph Aspdin. Retrieved 1 1, 2014, from Aspdin.net: http://www.aspdin.net/joseph/index.htm
Kirby, D., Smith, K., & Wilkins, M. (2014). Oldest Concrete Street in America. Retrieved November 1, 2014, from RoadsideAmerica.Com: http://www.roadsideamerica.com/story/10661
Kurrer, K.-E. (2008). The History of the Theory of Structures: From Arch Analysis to Computational Mechanical. Berlin, Deutschland: Ernst & Sohn.
Lalupa. (2005, January 10). Roma, Ponte Risorgimento. Retrieved 9 1, 2014, from wikipedia: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/58/Tevere_-_PonteRisorgimento1.JPG
LPJK. (1 Oktober 2014). Surat Nomor : 75 /LPJK/D/X/2014 tanggal, 1 Oktober 2014 Perihal: "Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yang sah sebagai "Lembaga" penyelenggara peran masyarakat dalam pengembangan jasa konstruksi dan Keabsahan Sertifikat Badan Usaha (SBU)....". Jakarta: Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
MacDonald, A. J. (2003). ArchitectureWeek: Long-Span Structures. Retrieved 7 1, 2014, from Artifice, Inc: http://www.architectureweek.com/2003/0409/building_2-1.html
Milstein, M. (2014). "Lost City" of Petra Still Has Secrets to Reveal. Retrieved 9 1, 2014, from http://science.nationalgeographic.com/science/archaeology/lost-city-petra/
Moore, D. (2013, 8 13). Aspdin's "Portland Cement" Patent: Specification for Artificial Stone. Retrieved 7 1, 2014, from Cement Plants and Kilns in Britain and Ireland: http://www.cementkilns.co.uk/cemkilndoc008.html
Moore, D. (2002, September). The Pantheon: Crwon Jewel of Concrete Roman, Explore the "Eternal Temple," The Best Preserved of All Classical Monuments, with David Moore, P.E. CONSTRUCTOR's , pp. 22-26.
National Geographic (Photograph by Martin Gray). (2013, 10 1). "Lost City" of Petra Still Has Secrets to Reveal. Retrieved 10 9, 2014, from National Geographic Home »Science: http://images.nationalgeographic.com/wpf/media-live/photos/000/247/cache/lost-city-petra_24728_600x450.jpg
National Trust. (2014). Castle Ward. Retrieved 8 1, 2014, from National Trust: http://www.nationaltrust.org.uk/castle-ward/
Navickas, D. T. (2010). Solid as a Rock: The Starrucca Viaduct. Retrieved 7 1, 2014, from The Pennsylvania Center for the Book: http://pabook.libraries.psu.edu/palitmap/Starrucca.html
Newby, F. (2001). The Innovative Uses of Concrete by Engineers and Architects. In J. Sutherland, D. Humm, & M. Chrimes (Eds.), Historic Concrete: Background to Appraial (pp. 11-44). Great Britain: Thomas Telford.
PII. (2014). SUB KLASIFIKASI SKA 2014. Retrieved 7 1, 2014, from Persatuan Insinyur Indonesia: http://pii.or.id/home/wp-content//uploads/sub-klasifikasi-ska/Lampiran%20Perlem%2008%20-%202014.pdf
Roads and Maritime. (2005). Concrete Slab and Arch Bridges: (Historical Overview of Bridge Types in NSW: Extract from Study of Heritage Significance of Heritage of Pre-1948 Concrete Slab and Arch Road Bridges), pp.101-124. Retrieved 11 3, 2014, from Roads and Maritime: http://www.rms.nsw.gov.au/documents/about/environment/bridge-types-historical-overviews-2006-concreteslabarch.pdf
Rome On Segway. (2014). 10 Facts about the Pantheon. Retrieved 5 1, 2014, from Rome On a Segway: Unique and Fun Way to visit Rome: http://romeonsegway.com/10-facts-about-the-pantheon/
Rosad, H. (2013, March 21). Fenomena KM 97 Tol Cipularang Arah Jakarta. Retrieved 7 1, 2014, from Kompasiana: http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/04/1366626941586627807.jpg
Scholz, K. (2014, 9 9). Yan Mountains: Great Wall of China on the slopes of the Yan Mountains, Credit: Kurt Scholz/Shostal Associates. Retrieved 10 1, 2014, from Encylopaedia Britannica: http://www.britannica.com/EBchecked/media/5749/The-Great-Wall-of-China-on-the-slopes-of-the?topicId=243863
Somerville, G. (2001). Cement and Concrete as Materials: Changes in Properties, Production and Performance. In J. Sutherland, D. Humm, & M. Chrimes (Eds.), Hostoric Concrete: Background to Appraisal. Great Britain, 105-116: Thomas Telford.
Stoeger, H. (2009). Clubs and Lounges at Roman Ostia The Spatial Organisation of a Boomtown Phenomenon (Space Syntax Applied to the Study of Second Century AD 'Guild Buildings' at a Roman Port Town). (D. Koch, L. Marcus, & J. Steen, Eds.) Proceedings of the 7th International Space Syntax Symposium, Stockholm: KTH, 2009 , Ref.108, pp.12.
Sutherland, J. (2001). Intorduction. In Historic Concrete: Background to Appraisal (pp. 1-10). Great Britain: Thomas Telford Publishing.
Sutherland, J. (2001). Intorduction. In J. Sutherland, D. Humm, & M. Chrimes (Eds.), Historic Concrete: Background to Appraisal (pp. 1-10). Great Britain: Thomas Telford.
The Editors of The Encyclopædia Britannica. (2014). François Coignet: development of iron-reinforced concrete. Retrieved 7 1, 2014, from Encyclopædia Britannica, Inc: http://www.britannica.com/EBchecked/topic/124672/Francois-Coignet
TMMI. (2012). Teater IMAX Keong Mas. Retrieved 7 1, 2014, from Taman Mini Indonesia Indah: http://www.tamanmini.com/wahana-rekreasi/teater-imax-keong-mas/
TravelChinaGuide . (2014). Construction Material of Great Wall. Retrieved 10 7, 2014, from TravelChinaGuide.com: http://www.travelchinaguide.com/china_great_wall/construction/material.htm
usa.gov. (2013, January 3). Grand Coulee Dam. Retrieved 7 1, 2014, from U.S Departement of Interior, Bureau of Reclamation: http://www.usbr.gov/projects/Facility.jsp?fac_Name=Grand%20Coulee%20Dam
Vyse, H., & Howard, R. W. (1784-1853). Operations carried on at the pyramids of Gizeh in 1837: with an account of a voyage into Upper Egypt, and an appendix. London: http://www.archive.org/details/operationscarrie01howa.
Waspada Online. (2012, April 30). Menteri PU: Jembatan Suramadu alami keropos. Retrieved 7 1, 2014, from WASPADA ONLINE: http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=244323:menteri-pu-jembatan-suramadu-alami-keropos&catid=95:nusantara&Itemid=146
wikiarquitectura. (2010, April 29). Cosmic Ray Pavilion. Retrieved 7 1, 2014, from Architecture of the World: http://en.wikiarquitectura.com/index.php/File:Pabell%C3%B3n_RC_250.jpg
Wikipedia. (2014). File:Eddystone lighthouse00.jpg. Retrieved 7 1, 2014, from Wikipedia, the free encyclopedia: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Smeaton%27s_Lighthouse00.jpg
Wikipedia. (2014, October 28). Giza Necropolis. Retrieved October 29, 2014, from http://en.wikipedia.org/wiki/Pyramids_of_Giza
Wilhelm Ernst & Sohn Verlag. (2014). Eddystone Lighthouse. Retrieved 7 1, 2014, from International Database for Civil and Structural Engineering: http://structurae.net/structures/eddystone-lighthouse
Wilhelm Ernst & Sohn Verlag. (2014). Immeuble Hennebique. Retrieved 7 1, 2014, from structurae.net: http://files1.structurae.de/files/photos/1798/immeuble_hennebique/dsc01521.jpg
Wilhelm Ernst & Sohn Verlag. (2014). John Smeaton. Retrieved 7 1, 2014, from International Database for Civil and Structural Engineering: http://structurae.net/persons/john-smeaton


PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK BANGUNAN

MATAKULIAH: TEKNIK PONDASI 2 Contoh Hitungan Sondir : q c A c = C w A pi q c = perlawanan konus (kg/cm 2 ) f s = perlawanan ge...